SAAT
itu hari jum’at setelah waktu Ashar, bertepatan
dengan musim Haji. Di padang Arafah dengan mengendarai seekor unta, Rasulullah
saw menerima wahyu :
“pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk
kalian agama kalian,dan telah Aku cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan Aku
relakan Islam sebagai agama kalian.”(QS.al Maidah: 4)”
Tatkala Nabi menerima ayat tersebut, beliau tidak kuat menerimanya,
mengingat kandungan dan makna yang ada pada ayat itu. Maka beliau bersandar
pada untanya, kemudian untanya pun duduk. Maka turunlah malaikat jibril dan
berkata:
“Hai muhammad, sungguh pada hari ini telah sempurna urusan agamamu, selesai apa yang diperintahkan oleh Allah dan demikian pula apa yang dilarang-Nya. Maka kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahukanlah kepada mereka bahwa saya tidak akan turun lagi kepadamu sudah hari ini.”
Kemudain Nabi saw bertolak dari makkah menuju madinah, lalu
mengumpulkan para sahabatnya dan membacakan ayat tersebut, serta memberitahukan
apa-apa yang dikatakan jibril as.
Maka, para sahabat menjadi gembira sambil berkata: “Agama kita
telah sempurna! “ Tetapi Abu Bakar saat itu merasa sedih, lalu pulang menutup
pintu rumahnya. Dia menangis disepanjang siang dan malam. Berita ini didengar
oleh para sahabat yang lain, kemudian mereka berkumpul dan bersama-sama datang
kerumah Abu Bakar. Serta bertanya:
“Hai abu Bakar, mengapa engkau menangis
pada suasana yang menggembirakan pada saat Allah telah menyempurnakan agama kita?
“
Abu Bakar menjawab: “wahai para sahabatku, kalian tidak tahu
musibah yang menimpa kalian. Tidakkah kalian sadar musibah yang menimpa kalian.
Tidak kah kalian sadar jika suatu perkara telah sempurna maka akan menjadi
tampak kekurangannya? Ayat ini juga menunjukkan perpisahan kita dengan Nabi
saw, keadaan Hasan dan Husen menjadi yatim, para istri beliau menjadi janda …!!
Maka terdengarlah jeritan para sahabat, dan semuanya menangis.
Sebagian sahabat yang lain ada yang mendengar suara tangis dikamar Abu Bakar,
dan mereka segera pergi menghadap Nabi saw seraya bertanya:
“Wahai Rasulullah, kami tidak tahu, mengapa kami mendengar para sahabat sama menangis dan menjerit di kediaman Abu Bakar?”
Maka berubahlah wajah Nabi saw, serta merta beliau berdiri dan
segera pergi kepada para sahabat pada kediaman Abu Bakar. Beliau menemukan para
sahabat yang dalam keadaan betul22 menangis dan menjerit. Kemudian beliau
bertanya kepada mereka:
“Apakah gerangan yang menyebabkan kalian menangis ?”
“Abu Bakar mengatakan bahwa, ‘saya telah membau dari ayat ini
sebagai tanda kematian Rasulallah’; Apakah ayat ini menunjukkan akan wafat
engkau ?” kata sahabat Ali ra.
“Apa yang dikatakan oleh Abu Bakar itu benar , dan sungguh telah
dekat waktuku untuk meninggalkan kalian. Serta telah sampai pula saat
perpisahanku dengan kalian semua,” jawab Nabi saw.
Peristiwa itu menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah salah seorang
sahabat yang paling cerdas diantara sahabat22 yang lain. Dan ketika Abu Bakar
mendengar yang demikian itu, beliau menjerit dengan keras sekali, sampai dia
tersungkur pingsan. Sedangkan sahabat Ali ra, menjadi bergetar tubuhnya.
Beberapa sahabat yang lain menjadi ribut, merasa ketakutan semua dan kesemuanya
menangis dengan keras, sihingga gunung22 pun ikut menangis, batu-batu dan semua
malaikat yang berada dilangit, cacing dan semua binatang baik yang ada didarat
maupun dilaut tak ketinggalan turut menangis.
Kemudian Nabi saw menjabat tangan para sahabatnya satu persatu.
Kemudian meninggalkan mereka sambil menangis pula.
Setelah turunnya ayat tersebut Nabi saw masih hidup selama 81 hari.
Di pihak lain ada yang mengatakan bahwa beliau mengalami hidup selama 50 hari
setelah turunnya ayat:
“Mereka meminta keterangan kepadamu tentang kalalah. Katakanlah:
Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (seorang yang sudah
tidak beranak dan tidak berbapak)”.(QS. As-Nisa: 176)
Ada juga yang berpendapat bahwa beliau masih hidup selama 35 hari
sesudah turunya ayat:
“ Sungguh telah datang
kepada kalian seorang utusan dari kalian sendiri” (QS. At-Taubah: 129)
sebagian pendapat yang lain ada yang mengatakan bahwa beliau masih
hidup masih 21 hari setelah turunnya ayat:
“Takutlah kamu sekalian pada hari kalian semua dikembalikan pada
Allah (QS. Al Baqarah: 281)
Ini adalah ayat alquran yang paling akhir diturunkan kemudian
Rasulullah naik ke mimbar dan berkhutbah dengan serius sehingga seluruh mata
menangis, seluruh hati menjadi takut dan cemas, gemetar, dan seluruh badan menggigil,
saat beliau menyampaikan berita yang gembira sekaligus mencekam.
***
Riwayat dari Ibnu Abbas ra; bahwa Nabi saw pada saat sudah dekat
dengan ajalnya, beliau menyuruh Bilal agar adzan untuk mengerjakan shalat. Maka
berkumpullah para sahabat muhajirin dan anshar ke masjid Rasulullah saw.
Kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat dengan ringan bersama mereka,
lalu belia naik mimbar, membaca hamdalah/memuji kepada Allah dan berkhutbah
dengan kalimat yang jelas sehingga hati menjadi tergetar, dan mata pun
menangis, dan beliau bersabda:
“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku, keberadaanku atas diri
kalian adalah sebagai Nabi dan penasihat
serta sebagai orang yang mengajak kepada jalan Allah dengan izin-Nya. Dan bagi
kalian aku ibarat seperti saudara kandung yang penuh kasih sayang dan seperti
ayah yang belas kasih. Barang siapa yang mempunyai hak atas diriku yang dapat
dituntut, hendaklah berdiri dan membalas kepadaku sebelum aku dituntun dihari
kiamat.
Ternyata tak seorang pun ada yang berdiri, sehingga beliau
mengulangi untuk kedua, sampai ketiga kali.
Maka berdirilah seorang laki22 yang bernama Ukasyah bin Muhshan
dihadapan Nabi saw:
“Demi ayah dan ibuku ya Rasulullah, seandainya engkau tidak
mengumumkan kepada kami
berkali-kali, tentu aku tidak mengemukakan hal ini. Sungguh aku pernah
bersama engkau disaat perang Badar, sedang untaku mengikuti untamu. Maka aku
turun dari unta dan mendekatimu agar aku bisa mencium pahamu. Tiba-tiba engkau
menggangkat tongkat dan engkau pukulkan pada unta agar berjalan cepat serta kau
pukulkan pula ke tulang rusukku. Aku tidak tahu, apakah Rasulullah sengaja,
ataukah hendak memukul untamu sendiri?’ kata Ukaysah
“Wahai Ukasyah, utusan Allah dijauhkan dari sengaja memukulmu.” jawab
Rasulullah, lalu berikutnya Rasulullah bersabda. “Wahai Bilal. Pergilah engkau
kerumah Fatimah dan ambilkan tongkatku!”
Kemudian Bilal keluar dari masjid sambil meletakkan tangannya
diatas kepala dan berkata kepada dirinya sendiri: “Inilah Rasulullah yang telah
bersedia dirinya sendiri diqshash (dibalas).”
Setibanya dirumah Fatimah, dia mengetuk pintu.
“Siapa dipintu?” Tanya Fatimah,
“Saya, saya datang kesini untuk mengambilkan tongkat Rasulullah.”
Jawab Bilal.
“Hai Bilal, untuk apa ayah memerlukan tongkat?” Tanya Fatimah
“Ayahmu benar22 utusan Allah, Fatimah! Beliau menyediakan dirinya
untuk diqishash.” jawab Bilal.
“Hai Bilal, siapakah orang yang sampai hati hendak
mengqhishash Rasulullah?” Tanya Fatimah
Kemudian Bilal mengambil tongkat dan terus pergi menuju masjid,
menyerahkan tongkat kepada Rasulullah. Lalu Rasulullah pun menyerahkan tongkat
itu kepada Ukasyah.
Menyaksikan peristiwa yang demikian itu, maka Abu Bakar dan Umar
segera berdiri sambil berkata:
“Wahai Ukasyah. Kami berdua berdiri
dihadapanmu. Maka qishashlah kami, dan jangan engkau mengqishash Rasulullah!”
katanya.
Kemudian Rasulullah menegur kedua sahabatnya: “Wahai Abu Bakar dan
Umar, duduklah kalian berdua! Sungguh Allah SWT telah mengetahui tempat kalian
berdua.”
Selanjutnya ali ra berdiri seraya berkata:
“Hai ukasyah, selama hidup aku selalu di samping Rasulullah saw.
Aku tidak sampai hati melihatmu mengqishash Rasulullah saw, dan inilah
punggungku dan perutku, qishashlah dengan tanganmu dan jilidlah saya dengan
tanganmu!”
Sabda Rasulullah:”Wahai Ali, duduklah! Sungguh Allah telah
mengetahui kedudukan serta niatmu.”
Kemudian Hasan dan Husein
berdiri seraya berkata:
“Hai Ukasyah, tidakkah engkau tahu bahwa kami berdua adalah cucu
Rasulullah? Maka qishashlah kami! Hal ini sama saja dengan mengqishash
Rasulullah.”
Rasulullah: Hai buah hatiku,
duduklah kalian berdua!”
Selanjutnya Rasulullah saw berkata kepada Ukasyah: “Pukullah jika
engkau hendak memukul!”
“Wahai Rasulullah, engkau telah memukul saya sedangkan saya tidak
berpaikaian.”jawab Ukasyah.
Maka Rasulullah saw membuka pakaiannya, sehingga kaum muslimin yang
hadir menjerit histeris sambil menangis (marah kepada Ukasyah dan kasihan
kepada Rasulullah).
Tatkala Ukasyah melihat tubuh Rasulallah yang putih itu, maka dia
segera menubrukannya dan menciumi punggung Rasulallah seraya berkata: “saya
tebus engkau dengan jiwaku. Hai Rasulullah siapakah orangnya yang sampai hati
menqhishash engkau? Sungguh saya melakukan yang demikian ini dengan harapan
agar badan saya bersentuhan dengan badanmu yang dimuliakan, dan agar tuhan
memelihara diriku dari siksa neraka dengan sebab kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah bersabda :”Ketahuilah, barang siapa yang ingin
melihat ahli surga hendaklah dia melihat orang ini.”
Maka berdirilah kaum muslimin dan menciumi kedua mata Ukasyah
sambil berkata “Keuntungan besar bagimu, engkau telah memperoleh derajat yang
tinggi dan bertemu Rasulullah saw di surga :
“Ya Allah, Mudahkanlah kami mendapatkan syafa’atnya dengan
kemuliaan dan keagungan-Mu.”
***
Kata Ibnu Mas’ud: “Ketika Rasulullah saw telah dekat dengan
ajalnya, beliau mengumpulkan kami semua dirumah ibunda ‘ Aisyah, kemudian
beliau memperhatikan kami semua sampai22 bercucuran air mata dan bersabda :
‘Selamat datang kalian semua dan semoga kalian dibelaskasihani oleh
Allah…….Saya berpesan agar kalian semua bertaqwa kepada Allah serta
mentaati-Nya. Sungguh telah dekat hari perpisahan kita dan telah dekat pula
saat diriku dikembalikan kepada Allah dan menempati surga-Nya. Jika telah tiba saat
ajalku, hendaklah Ali yang memandikan, Fadhlan bin Abas yang menuangkan air dan
Usamah bin Zaid yang membantu keduanya. Kemudian kafanilah aku dengan pakaianku
sendiri jika kalian semua menghendaki. Atau dengan kain Yaman yang putih. Jika
kalian semua memandikan aku, maka letakkanlah aku diatas balai tempat tidur
dirumahku ini dekat dengan lobang lahatku. Setelah itu …keluarlah kalian semua
barang sejenak meninggalkan aku. Pertama yang menshalati aku adalah Allah SWT,
kemudian Malaikat Jibril, Malikat Israfil, Malaikat Mikail, dan Malaikat
pencabut nyawa beserta para pembantunya, selanjutnya semua Maliakat yang lain.
Setelah itu masuk kalian semua dengan berkelompok-kelompok dan lakukan shalat
untukku….”
“Setelah mereka mendengarkan ucapan perpisahan Nabi saw, maka para
Sahabat menjerit histeris dan menangis sambil berkata : Wahai Rasulullah,
engkau adalah seorang utusan kami semua. Apabila engkau telah pergi dari kami
semua, menjadi kekuatan dalam perkumpulan kami dan sebagai penguasa yang
mengurus permasalahan kami. Apabila engkau telah pergi dari kami semua, kepada
siapakah kami kembalikan semua persoalan itu?”
Rasulullah saw bersabda: Telah aku tinggalkan kalian semua pada
jalan yang benar dan diatas jalan yang terang. Dan telah kutinggalkan pada
kalian dua penasihat, yang satu pandai bicara dan yang satunya diam saja. Yang
pandai bicara adalah Al- Qur’an dan yang diam adalah kematian. Apabila ada
persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalilah kalian pada Qur’an dan sunnah:
dan jika hati kalian telah keras membatu, maka lunakkanlah ia dengan mengambil
tamsil dari ikhwal mati.”
Setelah itu Rasulullah saw menderita sakit mulai akhir bulan safar
selama 18 hari dan sering dijenguk oleh para sahabat.
Adapun penyakit yang dideritanya sejak semula sampai akhir hayatnya
adalah pusing22. Rasulullah mulai diutus pada hari senin, dan akhir hayatnya
pun hari senin .
Ketika pada hari senin, penyakit beliau semakin memberat. Maka
setelah Bilal adzan shubuh, dia pergi mendekati pintu Rasulullah saw sambil mengucapkan salam “Assalamu’alaikum’
ya Rasulullah!”
“Rasulullah sedang sibuk dengan dirinya sendiri, “jawab Fatimah.
Kemudian Bilal kembali masuk masjid dan dia tidak memahami kata22 Fatimah. Dan
ketika waktu shubuh semakin terang, Bilal kembali datang menghampiri pintu
Rasulullah saw dan bersalaman seperti semula.
“Masuklah hai Bilal, Sungguh aku sedang sibuk terhadap diriku
sendiri dan penyakitku rasanya semakin berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar
shalat berjama’ah orang bersama orang22 yang hadir!”jawab Rasulullah ketika
mendengarkan suara Bilal.
Bilal pun keluar sambil menangis dan meletakkan tangan diatas
kepala, sambil mengeluh: “Aduh musibah, susah, terputus harapan, habis sudah
tempat tujuan, andaikan ibuku tidak melahirkan aku ….” Bilal terus masuk masjid
dan berkata: “Hai sahabat Abu Bakar, sungguh Rasulullah telah menyuruh aku agar
engkau shalat bersama-sama dengan orang22 yang hadir, karena beliau sibuk
mengurus dirinya sendiri yang sedang sakit”
Ketika Abu Bakar melihat mihrab kosong dan Nabi saw tidak hadir,
maka dia menjerit karena tidak tahan sehingga dia jatuh tersungkur dan pingsan.
Maka jadi ributlah kaum muslimin yang ada pada saat itu, sehingga Rasulullah
saw yang mendengar suara mereka bertanya: “Hai Fatimah, kenapa pagi ini, dan
apakah keributan disana itu?”
“Keributan itu adalah kaum muslimin sendiri, karena engkau tidak
hadir, “jawab Fatimah.
Maka Rasulullah memanggil Ali dan Fadlan bin Abas. Kemudain beliau
bersandar pada keduanya dan keluar menuju masjid, lalu shalat bersama-sama
dengan dua rakaat pada hari senin itu. Selesai shalat beliau berpaling,
berhadapan orang banyak dan bersabda : “Wahai kaum muslimin, kalian semua dalam
permasalahan dan pertolongan Allah. Oleh karenanya, bertaqwalah kepada Allah
serta mentaati-Nya. Sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia pada hari ini,
dan hari ini adalah hari pertamaku diakhirat dan hari terakhirku didunia …. “ lalu
Rasulullah berdiri dan pulang kerumahnya.
Malaikat pencabut nyawa pun turun dengan bentuk seperti orang arab
badui desa, sambil mengucapkan salam:
Assalamu’allaikum ya ahla baitin nubuwwati wa ma’ danirrisalaati a
adkhulu ? = Semoga keselamatan tetap kepada kalian semua wahai penghuni rumah
kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?”
“Hai fulan, sungguh Rasulullah sedang sibuk dengan deritanya,”
sahut Fatimah.
Kemudian
malaikat itu memanggil yang kedua kalinya :
“Assalamu’alaikum ya Rasulullah wa yaa ahla baitinubuwwati a
adkhulu? =Semoga keselamatan tetap untukmu wahai Rasulullah, dan untuk semua
penghuni rumah kenabian. Apakah saya boleh masuk?”
Maka Rasulullah mendengarkan suara malaikat itu, dan bersabda: “Hai
Fatimah, siapakah yang berada dipintu itu?”
“Seorang Badui yang memanggil, dan telah aku katakana; “bahwa
Rasulullah sedang sibuk dengan sakitnya,” jawab Fatimah.
Kemudian malaikat itu memanggil seperti semula untuk yang ketiga
kalinya, maka dia memanggil dengan tajam kepadaku, sehingga badanku menggigil
dan gemetar, hatiku terasa takut sehingga bergeraklah sendi-sendi lenganku
seakan-akan berpisah satu sama lain serta berubahlah warnaku menjadi pucat.”
“ Tahukah engkau wahai Fatimah, siapa dia?” Tanya Rasulullah saw.
“Tidak,” jawab Fatimah.
“Dia adalah malaikat yang mencabut semua kelezatan, yang memutus
segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang
memusnahkan semua rumah serta yang meramaikan keadaan kubur,” sabda Rasulullah
saw.
Maka menangislah Fatimah ra dengan suara yang sangat keras sambil
berkata: “Aduh celaka nantinya, sebab kematian nabi yang terakhir dan sungguh
merupakan bencana besar dengan wafatnya orang yang paling bertakwa, terputusnya
pimpinan dari pimpinan orang22 yang suci-suci, serta penyesalanlah bagi kami
semua karena putusnya wahyu dari langit, maka saya sungguh terhalang
mendengarkan perkataanmu sesudah hari ini.”
“Jangan engkau menangis Fatimah, karena sesungguhnya engkaulah
diantara keluargaku adalah yang pertama berjumpa denganku. Sabda Rasulullah.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Masuklah engkau, hai Malaikat Maut ….!
Maka malaikat pun masuk sambil mengucapkan “ Assalamua’alaika yaa
Rasulullah!”
“Wa’alaikassalaamu, hai Malaikat percabut nyawa. Engkau datang
untuk berkunjung atau mencabut nyawa?” Jawab Rasulullah!”
“Saya datang untuk berkunjung dan mencabut nyawa, sekiranya engkau
mengizinkan. Kalau tidak, maka saya akan kembali,” jawabnya.
“Hai Malaikat pencabut nyawa, dimana Jibril engkau tinggalkan?”
Tanya Rasulullah saw.
“Dia saya tinggalkan dilangit dunia, dan para malaikat sedang
menghormat dan memuliakan dia,” jawab malaikat pencabut nyawa.
Tidak bersalang lama, Malaikat Jibril as pun turun dan duduk pada
arah kepala Rasulullah saw.
“Tahukah engkau bahwa ajalku telah dekat?” tanya Rasulullah.
“Ya, tahu, “ jawab Jibril.
Sabda Rasulullah saw: “Beritahkanlah kepadaku kemuliaan yang
mengembirakanku disisi Allah!”
“Sungguh pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah
berbaris rapi menanti ruhmu dilangit, pintu-pintu surga telah dibuka dan para
bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu,” jawab Jibril.
“Alhamdulillah!” kata Nabi saw. Dan beliau berkata pula, “ Hai
Jibril, berilah berita tentang umatku dihari kiamat!”
“Saya diberi tahu, bahwa sesungguhnya Allah SWT berfirman: ‘Sungguh
aku larang semua nabi masuk kedalam surga, sehingga engkau masuk lebih dahulu,
dan Aku larang memasukinya juga semua umat sehingga umatmu masuk terlebih
dahulu,” kata Jibril.
“Sekarang telah puas hatiku dan hilang rasa sedihku,” kata nabi
saw. Kemudian beliau berkata pula: “Hai Malaikat pencabut nyawa, mendekatlah
kepadaku!”
Malaikat pencabutnya nyawa pun mendekat dan mulai melaksanakan tugas
mencabut ruh beliau dan ketika ruh sampai diperut, nabi saw berkata : “Hai
Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati itu.:
Maka Malaikat Jibril memalingkan wajahnya dari Nabi saw.
“Hai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku?” kata nabi
saw.
“Wahai kekasih Allah, siapa orangnya yang tega melihat wajahmu,
sedangkan dirimu dalam keadaan sekaratul maut?” jawab Jibril.
Kata
Anas bin Malik ra:
“Tatkala ruh Nabi saw sampai di dada,beliau bersabda: Aku berwasiat
agar kalian semua memelihara shalat dan apa-apa yang menjadi telah menjadi
tanggung jawab kalian.” Beliau juga masih terus berwasiat dengan kedua hal
tersebut sampai putuslah perkataanya.”
Kata
Ali ra:
“Sungguh pada saat akhir hayat Rasulullah menjelang menggerakkan
kedua bibirnya dua kali, dan ketika saya mendengar(mendekatkan telinga), saya
dengar beliau mengucap dengan pelan : “Umatku, umatku…”
Maka ruh Rasulullah saw dicabut tepat pada hari senin bulan Rabi’ul
Awal.
***
Diceritakan, bahwa ketika Ali ra membaringkan jenazah Rasulullah
saw untuk dimandikan, tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan
keras sekali: “Muhammad jangan engkau mandikan, karena dia sudah suci dan
disucikan.”
Maka timbul keraguan pada diri Ali terhadap suara itu. “Siapa
engkau sebenarnya? Karena sesungguhnya Nabi saw telah memerintah untuk
memandikan,” kata Ali.
Tiba-tiba ada suara yang lain yang mengatakan: “Wahai Ali,
mandikanlah! dia (Muhammad)! Karena sesungguhnya suara pertama tadi, adalah
suara iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad. Maka dia bermaksud agar beliau dimasukkan ke dalam
kubur tanpa dimandikan.
Kata Ali: “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab engkau
telah memberitahu bahwa tadi suara iblis terkutuk, maka siapakah engkau?”
“Saya adalah Nabi khidhir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad saw,”
suara itu menjawab.
Kemudian Ali ra memandikan jasad Nabi Muhammad saw, sedangkan Fadhal
bin Abas dan Usamah bin Zaid ra yang menuangkan air, dan Malaikat Jibril telah datang
dengan membawa obat kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani
beliau dan mengkuburkannya dikamar Aisyah ra di tengah malam, malam rabu; ada
yang mengatakan malam Selasa, sedang Aisyah ra berdiri diatas kubur Nabi saw
sambil berkata :
“Wahai orang yang belum pernah mengenakkan pakaian dari sutera, dan
belum pernah tidur diatas ranjang yang empuk! Wahai orang yang keluar dari
dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meski roti dari gandum kasar! Wahai
orang yang memilih tidur diatas tikar dari pada ranjang! Wahai orang yang tidak
tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka sa’ir ….”#